Thursday, May 24, 2012

Laris Manis Bisnis Ayam Olahan



 
Sabtu, 19 Mei 2012 , 11:33:00
 
SEBAGAI salah satu sumber protein hewani, ayam telah menjadi favorit banyak kalangan di seluruh pelosok negeri. Dari olahan ayam tradisional sampai merebaknya olahan ayam modern yang renyah ala Amerika, kian menjamur dengan beragam variasinya. Karena rasanya yang gurih, lezat dan kandungan dagingnya cukup banyak, pun praktis dalam penyajiannya, maka tak heran bila olahan ayam ini laris manis.

Ya, kebiasaan menyajikan lauk paling populer dalam menu sehari-hari ini menjadi salah satu kelebihan mengapa usaha berbahan baku ayam selalu laris manis. Ayam disukai karena rasanya yang nikmat sehingga lauk ini cocok diolah dengan aneka bumbu atau bahan lainnya, dan sangat sesuai menemani nasi sebagai makanan pokoknya.

Sementara, karena kandungan dagingnya yang lebih banyak dibanding tulang sehingga mudah untuk dinikmati, membuat ayam selalu menjadi pilihan dibanding lauk lain.

Hal itu pulalah yang mendorong Zaenal Abidin tertarik menekuni usaha ayam olahan hampir setahun yang lalu.

Berawal usaha ayam mentah dengan sistem diantar langsung ke rumah-rumah, Zaenal pun melihat peluang bisnis baru yang bisa dikerjakannya. Ia berkali-kali meracik bumbu andalan agar diperoleh ayam olahan dengan kualitas rasa yang baik dan disukai banyak konsumen.

Bersama istrinya, Zaenal pun mengikuti berbagai pelatihan termasuk yang diselenggarakan Departemen Pertanian tentang pengolahan daging. Alhasil, banyak ilmu informasi dan bagi-bagi pengalaman yang keduanya dapatkan.

Dibutuhkan waktu sedikitnya lima bulan untuk menghasilkan produk ayam olahan yang tahan lama tanpa bahan pengawet, tanpa MSG (vetsin) namun tetap lezat serta halal.

Penggunaan daging ayam yang masih segar, keseimbangan gula dan garam serta bumbu dengan ramuan dan olahan khusus, membuat produk ayam olahannya tahan lama, segar dan bergizi meski tanpa pengawet dan MSG.

Selain ayam olahan, Zaenal pun meracik ayam goreng tepung (fried chicken) tanpa pengawet dan MSG. Racikan khas Zaenal itulah yang membuat produknya selalu ditunggu kaum ibu.

Untuk pengembangan usahanya, ayah empat anak itu pun mengembangkan bisnisnya dengan merek dagang Ayam Haus dan menjalin kerja sama dengan banyak mitra kerja. Salah seorang mitranya adalah Usman Effendi, yang juga mengalami kemajuan pesat dalam usahanya.

Selain memproduksi daging ayam olahan, Zaenal saat ini sudah memiliki delapan outlet fried chicken di berbagai lokasi di Bogor dan Depok. Sedangkan outlet utamanya di Jl Abdullah bin Nuh, Ruko A-7 Bubulak Bogor. Di sana juga menyediakan bubur ayam, selain produk ayam olahan dan fried chicken.

Seiring berkembangnya usaha, Zaenal pun mulai kesulitan mendapatkan tenaga pemasaran yang andal dan bisa dipercaya mengelola outlet baru. Alhasil, upayanya untuk ekspansi pun menjadi tersendat.

Menanggapi keluhan tersebut, fasilitator Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI) Cabang Bogor, Yocie Gusman menyarankan untuk tidak terpaku pada pembukaan outlet baru. Upaya memasarkan produk secara langsung (direct selling) pun perlu dicoba kembali dengan sejumlah modifikasi baru sesuai tren pasar.

Upaya pemasaran door to door ke rumah bisa saja dengan menjalin kerja sama dengan pedagang sayur keliling ataupun pedagang makanan seperti tempe, tahu dan produk makanan lainnya. Sehingga ekspansi tidak harus dengan merekrut SDM baru namun bisa bekerja sama dengan jaringan pedagang yang sudah ada.

Yocie juga menyarankan agar Zaenal membuat standarisasi, tidak hanya rasa ayam olahan dan ayam goreng, tapi juga standarisasi penampilan outlet. Hal itu penting guna membuat brand image yang kuat di masyarakat.

Yocie juga menyarankan Zaenal untuk menjajaki peluang franchise atau waralaba agar usahanya cepat berkembang dengan keuntungan maksimal. (*/sep)
 

Tuesday, May 8, 2012

Menggandakan Keuntungan dengan Waralaba



 
Sabtu, 28 April 2012 , 09:36:00
 
RADARBOGOR-Pekan ini, Klinik Usaha JPMI Cabang Bogor menampilkan perusahaan perdagangan peralatan rumah tangga, PT Inti Mitra Sejati (IMS). Fasilitator JPMI, Yocie Gusman, kemarin mengunjungi IMS dan disambut hangat pengelolanya, Heri dan Arif.

Menurut Heri, saat ini perkembangan IMS sangat baik dan pembukaan cabang di berbagai kota pun direspons masyakat dengan antusias.

Namun demikian, seiring berkembangnya pesatnya bisnis, upaya ekspansi yang dilakukan terhambat keterbatasan modal. Sementara keinginan memperbesar pinjaman ke bank sulit dilakukan mengingat semua aset yang dimiliki seluruhnya sudah dijaminkan untuk peminjaman modal sebelumnya. IMS tidak memiliki jaminan lagi mengingat semua aset baik aset persediaan maupun piutang sudah dijaminkan ke bank.

Menghadapi situasi semacam itu, Yocie Gusman meyarankan agar IMS mulai mengembangkan waralaba (franchise) untuk pengembangan usaha atau bisnisnya. Pengalaman memiliki sebelas cabang IMS di berbagai kota, mestinya mendorong keberanian IMS untuk mengembangkan waralaba. Semua bisa dimulai dengan melakukan standarisasi manajemen dan prosedur kerja untuk memudahkan pembuatan sistem franchise. “Sistem franchise bisa ditawarkan ke masyarakat. IMS bisa mengembangkan jaringan usahanya tanpa memerlukan modal tambahan,” ujar Yocie.

IMS bertindak sebagai franchisor (pemilik franchise) dengan menjual franchise kepada franchisee (pembeli franchise). Dengan konsep waralaba usaha pun berkembang dan keuntungan pun jauh lebih besar tanpa perlu penambahan modal.

Lebih lanjut Yocie mengungkapkan, salah satu keuntungan dari sistem waralaba adalah cepat berkembangnya bisnis dan produknya makin dikenal masyarakat sejalan dengan makin banyaknya perusahaan yang melakukan waralaba. Di sisi lain, masyarakat juga diuntungkan karena setiap cabang diharuskan memiliki standar yang sama dengan perusahaan induk.

Jemput Bola
Pesatnya perkembangan IMS menurut Arif tidak lain karena sistem jemput bola dengan mendatangi nasabah-nasabah melalui strategi direct selling. Harga yang terjangkau dengan pola cicilan selama tiga bulan, turut merangsang konsumen untuk membeli. Selain itu barang-barang yang dipilih mengikuti tren terbaru yang disukai masyarakat. “Pada momen-momen khusus kami juga memberikan hadiah kepada konsumen yang loyal,” tutur Arif.

Perusahaan yang berdiri di Bogor Januari 2007 dengan lima orang karyawan itu kini berkembang dengan 193 karyawan dan memiliki seblas cabang di sebelas kota. Di antaranya Bogor, Depok, Sukabumi, Cianjur, Cimahi, Bandung Barat (Cileunyi), Garut, Tasikmalaya, Banjar, Pelabuhan Ratu, dan Pamulang.(*/sep)