Tuesday, April 24, 2012

Sistem yang Baik, Kunci Membesarkan Perusahaan Keluarga



 
Sabtu, 14 April 2012 ,Radar Bogor
 
MENGELOLA bisnis keluarga jauh lebih sulit dibandingkan dengan bisnis nonkeluarga. Konflik internal seringkali menghancurkan bisnis yang sudah dibangun dengan susah payah selama puluhan tahun. Untuk membangun hubungan yang harmonis di antara semua anggota keluarga pemilik, tidak bisa datang sendiri namun harus diciptakan, baik melalui sistem maupun budaya perusahaan.

Demikian perbincangan pemilik CV Suratin Bamboo, Kosasih dengan Fasilitator Klinik Usaha Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI) Cabang Bogor, Yocie Gusman di gerai (outlet) di Tanah Baru, Bogor Utara, tak jauh dari Kampus Akademi Kimia Analis (AKA) baru-baru ini.

Lebih lanjut Yocie memaparkan sejumlah kiat mengembangkan bisnis keluarga agar tumbuh besar. Dia melihat keterbukaan dan sikap saling memercayai merupakan elemen paling penting untuk mereduksi kemungkinan munculnya konflik. Dan sejak awal profesionalitas harus diterapkan secara konsisten dan disiplin dalam perusahaan.

“Misalnya penggunaan uang, mana untuk kepentingan perusahaan dan mana untuk kepentingan keluarga (biaya hidup) harus terpisah dan tercatat secara rinci dan jelas,” ujar Yocie.

Tak hanya itu, lanjutnya, untuk meminimalisasi konflik, juga harus ada kesepakatan dalam keluarga yang menyatakan hak, kewajiban dan peran masing-masing anggota keluarga karena hal itu akan menjadi pedoman dan etika bersikap. Jadi, di luar dari sistem dan kebijakan manajemen yang ditetapkan direksi perusahaan, keluarga juga membuat aturan yang hanya mengikat anggota keluarga.

“Peraturan-peraturan ini dibuat berdasarkan musyawarah dan profesional. Dan juga tertulis secara hitam putih agar jadi pedoman saat benih konflik mulai muncul,” tambah Yocie.

Sementara itu, sudah dua puluh tahun CV Suratin Bamboo eksis dalam bidang kerajinan dari bambu. Sang pemilik Kosasih, memulai mengembangkan usahanya mengandalkan bakat. Ia mengaku tidak memiliki dasar keilmuan teknik. Namun ia berbakat menggambar desain produknya sebelum dipasarkan. Berkat kepiawaiannya itu pula, hasil karya kerajinan bambunya telah menembus pasar internasional.

Kosasih juga berhasil mengembangkan kerajinan bambu dengan sistem sambung atau knock down system. Sistem ini merupakan penemuan baru dalam sebuah kerajinan berbahan baku bambu. Berkat kelebihan itulah, CV Suratin Bamboo miliknya, berhasil menjuarai festival kerajinan tingkat Jawa Barat yang kelima kali.

Dalam menjalankan bisnisnya, Kosasih kini mempunyai 30 tenaga ahli atau tukang yang menjadi karyawan tetap. Untuk memproduksi berbagai mebel itu, setiap harinya CV Suratin Bamboo membutuhkan 500 batang bambu. “Bahan baku kami datangkan dari Banten dan Sukabumi,” tutur Kosasih yang merintis usahanya dengan bermodal Rp250 ribu dari gaji PNS terakhirnya dan memasarkan furnitur bambu produksinya dengan berdagang keliling.

Kini perusahaan yang telah meraup omset Rp1 miliar per tahun itu, berkembang dengan baik. Mulai dari pengadaan bahan baku, produksi dan pemasaran berjalan relatif lancar. Bahkan, Suratin Bamboo sudah merambah ke beberapa negara seperti Jerman, Perancis dan Inggris.

Namun, Kosasih mengaku masih terdapat sejumlah kendala untuk mengembangkan pasar ekpsor antara lain belum berani melakukan transaksi besar karena khawatir dengan keamanan transaksi.

Yocie pun berbagi tip bisnis untuk mengoptimalkan pasar luar negeri. Yocie menyarankan Kosasih untuk menggunakan fasilitas L/C (letter of credit) sebagai salah satu pengaman instrumen pembayaran bisnis ekpor-impor. Yang penting, papar Yocie, UKM harus pandai memilih jenis L/C yang tepat sehingga bisa memudahkan dan mengamankan transaksi, khususnya transaksi berskala besar.

“Perusahaan-perusahaan besar diluar negeri juga pasti akan menggunakan instrumen L/C untuk melakukan transaksi. Jadi bisnis UKM seperti CV Suratin ini bisa memulai menggunakan fasilitas L/C untuk transaksi yang berskala kecil terlebih dulu,” papar Yocie.

Kosasih pun seakan menemukan titik terang dari kendala yang selama ini membelenggunya. Ia pun mengucapkan terima kasih atas konsultasi gratis yang dilakukan dengan cara dialog sesuai kebutuhan perusahaannya.

Kepada Radar Bogor, Yocie mengaku senang dengan kegiatan semacam itu, Makanya iapun menyambut antusias tawaran untuk menjadi salah satu fasilitator dalam program Klinik Usaha yang diselenggarakan JPMI Cabang Bogor tersebut. Setiap pekan, Yocie meluangkan waktu dua kali untuk terjun berdialog langsung dengan pelaku UKM di Kota Bogor.(*)

No comments:

Post a Comment