Tuesday, April 24, 2012

Kiprah UKM Bogor di Pasar Malam Indonesia, Den Haag, Belanda (1) Dua Hari Raup Rp100 Juta

Sabtu, 21 April 2012 , 10:35:00
Kiprah UKM Bogor di Pasar Malam Indonesia, Den Haag, Belanda (1)
Dua Hari Raup Rp100 Juta
Sumber : Radar Bogor
 
Usaha kecil menengah (UKM) bertebaran di bumi Tegar Beriman. Sayang, buah karya tangan-tangan kreatif ini bak tikus mati di lumbung padi. Kurangnya apresiasi dan minat masyarakat menggunakan produk dalam negeri, membuat ratusan UKM berguguran. Namun, sebuah fakta yang cukup mencengangkan, produk UKM Bogor justru laris manis dan mendapat penghargaan tertinggi di negeri orang.

Laporan: RICKI NOOR RACHMAN

AKHIR Maret lalu, tepatnya Kamis (29/3), Duta Besar (Dubes) RI untuk Kerajaan Belanda bersama Kementerian Urusan Eropa dan Kerjasama Pembangunan Kerajaan Belanda, menggelar sebuah pameran produk-produk Indonesia bertajuk Pasar Malam Indonesia.

Untuk mempererat hubungan bilateral Indonesia-Belanda, Dubes mengundang UKM-UKM yang ada di beberapa lembaga pemerintahan dan tiap pemda di tanah air. Di antaranya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Pemprov Jambi, Pemprov Gorontalo,Pemprov Jawa Tengah, Badan Pengusahaan Batam, Pemkot Sabang, Pemkot Surabaya, Pemkot Ambon, Pemkot Medan, Pemkab Bogor dan Pemkab kerawang.

“Kebetulan saya diberi kepercayaan untuk mengantarkan teman-teman UKM Pemkab Bogor ke Belanda,” ujar Ketua Bidang Hubungan Antarlembaga, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Bogor, Ferry Adnan.

Awalnya, ia mengira pameran ini hanya sekadar ajang untuk mempromosikan produk-produk UKM Indonesia. Karena itu, Dekranasda Bogor hanya membawa beberapa perwakilan UKM dengan produk yang terbatas. Maklum, produk yang dibawa hanya produk unggulan sebagai contoh dan bukan untuk dijual. Seperti wooden toys berbentuk huruf hijaiah, minumansari kurma, kerajinan wayang golek, berbagai aksesori dan kerajinan dari bambu, serta informasi investasi pariwisata.

“Kita (UKM Bogor) hanya diberi ruang kecil untuk memamerkan produk-produk UKM. Jadi ya, tidak kepikiran membawa banyak barang,” ucapnya.

Pada kondisi cuaca yang sangat dingin, sekitar lima derajat celsius, Ferry bersama beberapa UKM mulai memamerkan produknya. Satu per satu pengunjung berdatangan dan memadati stan pameran asal Bogor ini. Pengakuan Ferry, decak kagum terlihat dari sorot mata para pengunjung. Hingga akhirnya, ketakjuban mereka berlanjut dengan menanyakan harga.

“Sebenarnya produk yang kami bawa hanya contoh. Tapi mereka begitu tertarik, dan ternyata pameran ini lebih condong ke transaksi langsung,” kata dia.

Dua hari berselang, tak disangka produk UKM Bogor ludes terjual. Bahkan, stan pameran Bogor terpaksa meminjam barang yang telah terjual, untuk dipajang terlebih dahulu hingga pameran usai. Tahu berapa rupiah yang berhasil diraup oleh UKM kita? Rp100 juta! (*)

Sistem yang Baik, Kunci Membesarkan Perusahaan Keluarga



 
Sabtu, 14 April 2012 ,Radar Bogor
 
MENGELOLA bisnis keluarga jauh lebih sulit dibandingkan dengan bisnis nonkeluarga. Konflik internal seringkali menghancurkan bisnis yang sudah dibangun dengan susah payah selama puluhan tahun. Untuk membangun hubungan yang harmonis di antara semua anggota keluarga pemilik, tidak bisa datang sendiri namun harus diciptakan, baik melalui sistem maupun budaya perusahaan.

Demikian perbincangan pemilik CV Suratin Bamboo, Kosasih dengan Fasilitator Klinik Usaha Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI) Cabang Bogor, Yocie Gusman di gerai (outlet) di Tanah Baru, Bogor Utara, tak jauh dari Kampus Akademi Kimia Analis (AKA) baru-baru ini.

Lebih lanjut Yocie memaparkan sejumlah kiat mengembangkan bisnis keluarga agar tumbuh besar. Dia melihat keterbukaan dan sikap saling memercayai merupakan elemen paling penting untuk mereduksi kemungkinan munculnya konflik. Dan sejak awal profesionalitas harus diterapkan secara konsisten dan disiplin dalam perusahaan.

“Misalnya penggunaan uang, mana untuk kepentingan perusahaan dan mana untuk kepentingan keluarga (biaya hidup) harus terpisah dan tercatat secara rinci dan jelas,” ujar Yocie.

Tak hanya itu, lanjutnya, untuk meminimalisasi konflik, juga harus ada kesepakatan dalam keluarga yang menyatakan hak, kewajiban dan peran masing-masing anggota keluarga karena hal itu akan menjadi pedoman dan etika bersikap. Jadi, di luar dari sistem dan kebijakan manajemen yang ditetapkan direksi perusahaan, keluarga juga membuat aturan yang hanya mengikat anggota keluarga.

“Peraturan-peraturan ini dibuat berdasarkan musyawarah dan profesional. Dan juga tertulis secara hitam putih agar jadi pedoman saat benih konflik mulai muncul,” tambah Yocie.

Sementara itu, sudah dua puluh tahun CV Suratin Bamboo eksis dalam bidang kerajinan dari bambu. Sang pemilik Kosasih, memulai mengembangkan usahanya mengandalkan bakat. Ia mengaku tidak memiliki dasar keilmuan teknik. Namun ia berbakat menggambar desain produknya sebelum dipasarkan. Berkat kepiawaiannya itu pula, hasil karya kerajinan bambunya telah menembus pasar internasional.

Kosasih juga berhasil mengembangkan kerajinan bambu dengan sistem sambung atau knock down system. Sistem ini merupakan penemuan baru dalam sebuah kerajinan berbahan baku bambu. Berkat kelebihan itulah, CV Suratin Bamboo miliknya, berhasil menjuarai festival kerajinan tingkat Jawa Barat yang kelima kali.

Dalam menjalankan bisnisnya, Kosasih kini mempunyai 30 tenaga ahli atau tukang yang menjadi karyawan tetap. Untuk memproduksi berbagai mebel itu, setiap harinya CV Suratin Bamboo membutuhkan 500 batang bambu. “Bahan baku kami datangkan dari Banten dan Sukabumi,” tutur Kosasih yang merintis usahanya dengan bermodal Rp250 ribu dari gaji PNS terakhirnya dan memasarkan furnitur bambu produksinya dengan berdagang keliling.

Kini perusahaan yang telah meraup omset Rp1 miliar per tahun itu, berkembang dengan baik. Mulai dari pengadaan bahan baku, produksi dan pemasaran berjalan relatif lancar. Bahkan, Suratin Bamboo sudah merambah ke beberapa negara seperti Jerman, Perancis dan Inggris.

Namun, Kosasih mengaku masih terdapat sejumlah kendala untuk mengembangkan pasar ekpsor antara lain belum berani melakukan transaksi besar karena khawatir dengan keamanan transaksi.

Yocie pun berbagi tip bisnis untuk mengoptimalkan pasar luar negeri. Yocie menyarankan Kosasih untuk menggunakan fasilitas L/C (letter of credit) sebagai salah satu pengaman instrumen pembayaran bisnis ekpor-impor. Yang penting, papar Yocie, UKM harus pandai memilih jenis L/C yang tepat sehingga bisa memudahkan dan mengamankan transaksi, khususnya transaksi berskala besar.

“Perusahaan-perusahaan besar diluar negeri juga pasti akan menggunakan instrumen L/C untuk melakukan transaksi. Jadi bisnis UKM seperti CV Suratin ini bisa memulai menggunakan fasilitas L/C untuk transaksi yang berskala kecil terlebih dulu,” papar Yocie.

Kosasih pun seakan menemukan titik terang dari kendala yang selama ini membelenggunya. Ia pun mengucapkan terima kasih atas konsultasi gratis yang dilakukan dengan cara dialog sesuai kebutuhan perusahaannya.

Kepada Radar Bogor, Yocie mengaku senang dengan kegiatan semacam itu, Makanya iapun menyambut antusias tawaran untuk menjadi salah satu fasilitator dalam program Klinik Usaha yang diselenggarakan JPMI Cabang Bogor tersebut. Setiap pekan, Yocie meluangkan waktu dua kali untuk terjun berdialog langsung dengan pelaku UKM di Kota Bogor.(*)

Sunday, April 15, 2012

UKM Bogor Tembus Eropa

16 Maret, 2012 | 6:38:04

KEBERADAAN sentra industri di Kabupaten Bogor harus mendapat perhatian
serius dari pemerintah. Apabila tidak, puluhan pelaku usaha kecil
menengah (UKM) bisa terancam mati.
Pasalnya, para pelaku UKM yang bergerak di bidang makanan, kerajinan, daur urang dan lain-lain itu saat ini kesulitan mendapatkan bahan baku dan tempat pemasaran.
Di Kabupaten Bogor, pelaku UKM jumlahnya sangat banyak. 10 pelaku UKM  berada di 40 kecamatan. Melihat hal ini, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Kab. Bogor mendorong agar para pelaku ini tidak tertipu saat pemasaran. Artinya, kebanyakan para UKM di Kab. Bogor belum memiliki lebel sendiri.
“Mereka belum memiliki label. Sedangkan hasil kerajinannya selalu diborong orang untuk dijual kembali,” ujar Ketua IWAPI Kab. Bogor, Ratu Nailamuna.
Untuk itu, dirinya akan mendorong agar dinas terkait memberikan solusi atau jalan guna mengurus label dari para pelaku UKM. Tak sampai disitu, permasalahan UKM muncul saat produk makanan belum memiliki legalitas resmi dari Dinas Kesehatan. Contoh konkrit saat UKM Kab. Bogor membuat keripik singkong, tapi kemasannya polos.
“Bagaimana mau terkenal atau laku jika kemasannya polos. Untuk itu kami siap
memfasilitasi ke dinas terkait. Hal ini wajib dilakukan karena produk UKM di Kab. Bogor sudah bagus, penjualannya sudah ada yang menembus Eropa,” tambahnya.
Ibu Nolis (45) perajin rajutan dari Kampung Anyar, Kelurahan Cisarua misalnya, hasil kerajinan taplak meja dan sarung kursi bisa menembus eropa. Tapi sayang, karena belum mempunyai tempat usaha (kios) danlegalitas, penjualannya hanya di rumah.
“Karena belum ada lebel dan sentra penjualan, para UKM hanya bisa menjual barang kerajinannya di rumah. Untuk itulah, UKM yang masuk Iwapi selalu diberi kesempatan tampil di pameran-pameran resmi,” lanjutnya.
Hal ini diakui ibu Heni Metasari, perajin tas dan sandal dari Kecamatan Megamendung. Menurut dia, dirinya menjual produk di salah satu tempat pariwisata di daerah Puncak. “Saya memang belum punya label. Hasil penjualan pun tidak maksimal. Beruntung Iwapi selalu mengajak kita jika ada pameran,” kata Heni menerangkan. (aim)***

sumber: informasi bogor.com

Dekranasda Siap Genjot Produk UKM Bogor


UKM di Bogor mempunyai potensi yang sangat baik untuk terus dikembangkan.
BOGOR, Jaringnews.com


Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bogor, Fauziah Diani Budiarto mengatakan, sejauh ini peran Dekranasda sangat membantu dalam membina dan menyosialisasikan pengembangan produk usaha kecil menengah (UKM) di Bogor dan sekitarnya.

"Produk-produk dari para pelaku UKM dapat kami sosialisasikan denga baik," kata dia di Bogor, Kamis, (22/3).

Menurut dia, UKM di Bogor mempunyai potensi yang sangat baik untuk terus dikembangkan.

"Ada beberapa UKM yang sudah bisa memasarkan produk-produknya ke luar daerah. Harus kita tingkatkan terus agar semakin banyak UKM yang bisa seperti itu," terang Fauziah.

Sebelumnya, Ketua Umum Dekranas, Herawati Boediono meminta agar Dekranasda harus mampu membina mitra-mitra UKM-nya untuk bisa menghasilkan produk-produk kerajinan tangan yang berdaya saing.

"Dekranasda harus membina dan membantu pelaku usaha kerajinan tangan melalui UKM binaan agar bisa menghasilkan produk yang berdaya saing," ujar Herawati dalam acara HUT keI-32 Dekranas, di Gedung SME (Smesco), Rabu (21/3).
(Pio / Deb)